Thursday 1 January 2009

MENIKMATI LIBUR MELIHAT PENGGILINGAN KOPI ARABIKA

Banyak tempat wisata di Indonesia tersedia sebagai tujuan berlibur. Wisawatan yang ingin mendaki gunung Ijen dari Bondowoso akan melihat indahnya tanaman kopi yang teratur di kebun Blawan yang termasuk daerah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII (persero).

Kebun Blawan (900-1500 m. dpl) yang berada di dekat kaki gunung Ijen bisa menjadi alternatif tujuan menghabiskan masa liburan bersama keluarga. Di kebun Blawan, wisatawan dapat melihat tertatanya tanaman kopi arabika. Sedangkan di kejauhan mata dapat melihat indahnya gunung Ijen (2.386 m. dpl) yang tertutup kabut dan rimbun pohon cemara gunung.

Kebun Blawan sejak 1894 oleh warga Belanda dijadikan tempat menanam kopi jenis arabika. Sejak 1996, kebun ini menjadi bagian unit usaha dari PTPN XII (Persero). Lokasi kebun Blawan masuk wilayah desa Kalianyar, kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso, Jatim. Jarak dari kota Bondowoso ke kebun Blawan sekitar 60 km.

Wisatawan yang ingin menginap di lokasi pabrik penggilingan kopi Blawan PTPN XII (Persero) dapat bermalam di Catimor "Homestay". Kepala Seksi Bagian Umum PTPN XII (Persero) Agus Salim, mengatakan, Catimor dibangun pada 1894 oleh seorang warga Belanda.

"Bangunan penginapan Catimor terpelihara. Disini wisatawan dapat menginap di bangunan yang eksotis. Dinding rumah berasal dari gedek (anyaman bambu) dan lantainya terbuat dari kayu. Bentuk penginapan seperti rumah panggung. Ada semacam penyangga dari batu bata. Sehingga bila dilihat dari kejauhan penginapan ini berongga," katanya.

Wisawatan yang menginap di tempat ini didominasi wisatawan mancanegara (wisman). "Mereka kebanyakan berasal dari Perancis, Belgia, Belanda, Jerman, dan Italia. Puncak kedatangan wisman biasanya Juni hingga September mereka dapat melihat kopi dipanen," kata pria kelahiran Kabat, Banyuwangi ini.

Wisatawan dapat menginap di kamar atas peninggalan Belanda dengan membayar Rp200-Rp220 ribu per malam. "Kamar atas terdapat dua tipe yaitu 'superior double' dan 'superior twin' yang masing-masing kamar bekapasitas dua orang. Pengunjung yang memilih kedua kamar ini membayar Rp220 ribu per malam. 'Cottage' berkapasitas empat orang, wisatawan yang menginap membayar Rp200 ribu per malam," tambahnya.

Kamar bawah merupakan kamar tambahan sebagai antisipasi membeludaknya wisatawan yang ingin menginap di kebun Blawan. "Kamar di bagian bawah per malamnya membayar Rp110-R150 ribu. Para wisatawan dapat menikmati fasilitas air panas dan dingin di tiap kamar. Serta dapat berenang di kolam renang untuk anak-anak dan dewasa," katanya.

Agus menambahkan, panen raya kopi pada Juli-Agustus. "Sebelum memanen kopi, PTPN XII Kebun Blawan mengadakan buka petik dan buka giling pada Juni. Semacam acara selamatan dengan menggelar hiburan rakyat misalnya tari Gandrung Banyuwangi," katanya.

"Pemetik kopi arabika per kilo dihitung Rp500,00. Setiap hari rata-rata mendapat Rp25-30 ribu. Saat puncak panen kita datangkan sekitar 5000 warga dari Jember, Situbondo, Banyuwangi, dan Bondowoso," katanya.

Kopi dipetik oleh pekerja PTPN XII (Persero). Satu pohon rata-rata dapat menghasilkan 5 kg kopi. Selanjutnya kopi digiling manual untuk mengupas kulit luar membutuhkan waktu sehari. Kemudian bijih kopi diberi fermentasi selama 24 jam agar dapat menciptakan aroma.
Setelah itu melakukan pencucian untuk menghilangkan lendir. Langkah yang dilakukan kemudian kopi dijemur selama 38 hari. Kopi yang sudah dijemur dimasukkan ke dalam gudang untuk menjaga rendamen 15 hingga 16,5 persen. Seleksi dilakukan untuk melihat kualitas bijih kopi. Selanjutnya bijih kopi dikemas sesuai permintaan.

Luas areal tanaman menghasilkan kopi seluas 1869,67 hektar. Tanaman belum menghasilkan (TBM 1) seluas 288 hektar. Tanaman tahun akan datang yang akan dipanen dua tahun lagi seluas 212,37 hektar. Serta kayu sengon, mindi, angsana, dan makadamia seluas 593,07 hektar. Per hektar antara 30.000 hingga 35.000 tanaman kopi.

Kopi yang diekspor merk Blawan dan "Java Coffe Blaw". Negara tujuan diantaranya AS, Belanda, Swiss, Italia, Spanyol, dan Jerman. Sayangnya kopi yang diekspor masih dalam bentuk bijih. Sehingga ada kemungkinan bijih kopi yang diekspor ke AS dikirim ulang ke Indonesia dalam bentuk serbuk siap minum di gerai kopi tertentu. Tentunya dengan harga jual tinggi. Sedangkan merk lokal diantaranya merek piaberi dan kopi rolas.

Kebun Blawan juga memiliki kopi luwak. Menurut Agus, produksi kopi luwak terbatas jumlahnya. "Perlu tenaga orang tua agar telaten mencari kopi secara manual. Per hari dapatnya 1 hingga 2 kg. Itu pun kalau sedang beruntung menemukan kopi jenis luwak. Makanya PTPN XII (Persero) membuatkan kandang untuk 15 luwak. Para luwak diberi kopi bermutu, kemudian dari kotorannya akan ada kopi luwak. Mereka paham mana kopi arabika unggul dan mana yang tidak," katanya.

Berapa harga kopi luwak? Menurut Agus kopi luwak per kilogramnya dijual Rp900 hingga Rp1 juta. "Ada yang bilang khasiat kopi luwak dapat mengobati penyakit tertentu. Biasanya kami mengirim kopi luwak ke AS. Bentuk kopi luwak dari kotoran luwak bersih dan bulat. Luwak tahu mana kopi superior mana yang tidak dari mencium bau, tingkat kematangan, dan makanan yang optimal," katanya.

Selain kopi, Kebun Blawan juga menanam stroberi seluas 2,5 hektar. "Tananam stroberi baru dicoba dua tahun terakhir perlu pengembangan lagi. Stroberi dikirim dalam bentuk buah segar dan diolah menjadi sirup dan selai. Hasil panen stroberi dikirim ke Surabaya, Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso," katanya.***7***(T.PWP49)

No comments: