Friday 9 January 2009

Bus Perpustakaan Keliling Jarang Kunjungi Daerah Pesisir

 
Banyuwangi- Bus "Perpustakaan Keliling" milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi, Jawa Timur, belakangan ini, tidak secara rutin mendatangi daerah pesisir di kabupaten setempat karena sering mogok.

"Kami sudah mengusulkan bus itu diganti dengan armada yang baru, tetapi hingga sekarang belum ada realisasinya," kata Kepala Kantor Perpustakaan Banyuwangi, Indah Prahastuti di Banyuwangi, Jumat.

Tak pelak, masyarakat di pesisir belakangan ini kesulitan untuk membaca buku bermutu karena jarak dari kota (lokasi Perpustakaan Kabupaten Banyuwangi) relatif jauh, katanya.

Padahal, lanjut dia, minat baca masyarakat setempat pada tahun 2008 mulai tinggi. Terbukti, tingkat kunjungan di Perpustakaan Kabupaten Banyuwangi, rata-rata 200 orang per hari, atau naik sekitar 30 persen dari jumlah pengunjung pada tahun 2007.

Menurut Indah, para pengunjung berasal dari pelajar, mahasiswa, dan masyarakat. Mereka pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB berkunjung ke perpustakaan untuk membaca surat kabar. Bahkan, ada di antara mereka yang menyempatkan diri untuk membaca buku tentang tata cara merawat bunga.

Ia menyatakan, Perpustakaan Kabupaten Banyuwangi yang berlokasi di Jalan Jaksa Agung Suprapto ini memiliki sekitar 35.000 koleksi buku, di antaranya buku kesehatan, psikologi, komputer, manajemen, tanaman, dan kerajinan.

Hingga sekarang, kata dia, anggota aktif perpustakaan sekitar 3.000 orang. Mereka aktif meminjam buku-buku yang ada di perpustakaan itu.

Bagi warga yang ingin menjadi anggota perpustakaan, tinggal mengisi formulir dan menyerahkan pasfoto ukuran 3x4 sebanyak dua lembar. "Pembuatan kartu ini tidak dipungut biaya alias gratis," katanya.


Kholied Mawardi

Pemanasan Global Hantui Petambak Ikan Krapu

Oleh Kholied Mawardi

(ANTARA News) - Semilir angin pantai perairan Pasir Putih membelai tubuh saat hendak menaiki perahu bercadik tunggal. Terasa lembut. Awan masih menutupi bukit yang berada di dekat bibir pantai. Menjadi romantis saat menatap langit terlihat gumpalan mega berwarna kelabu.

Perahu kecil tersebut diberi tiga sekat. Mesin diletakkan di bagian belakang. Kemudian perahu didorong ke tengah pantai oleh operator mesin yang masih berusia relatif muda.

Sejurus kemudian mesin perahu dinyalakan. Perahu berjalan pelan menjauhi bibir pantai. Laju perahu dibuat lamban berjalan oleh operator mesin.

Pada saat perahu kemasukan air laut dari sebuah lubang. Pangihutan Sitorus (46), petambak yang memandu ke lokasi keramba jaring apung menenangkan penumpangnya meski dia sendiri melihat air laut itu bertambah banyak.

"Tenang , tidak akan tenggelam. Lubang air di bagian tengah itu bertujuan agar dapat membawa ikan dalam kondisi segar," ujarnya.

Namun sayangnya, perahu itu tidak dilengkapi kaca pada bagian bawah perahu sehingga tidak bisa melihat keelokan terumbu karang di perairan yang kerap dijadikan tempat berlibur ini.

Burung-burung beterbangan tanpa arah. Membuat suasana pantai menjadi hidup. Perjalanan menuju lokasi keramba jaring apung untuk membudidayakan ikan kerapu tikus (cromileptes altivelis) membutuhkan waktu sekitar tujuh menit.

Sitorus meminta bantuan para penjaga keramba jaring apung untuk mengikat tali di bambu. Kemudian, para penumpangnya turun dari perahu. "Ya, inilah lokasi keramba jaring apung kami. Tempat budidaya ikan kerapu tikus dari ukuran 10 sentimeter berkembang hingga layak dijual," katanya.

Keramba terbuat dari bambu dan kayu yang diberi tong pada bagian bawahnya. Sementara itu, ujung tiap jangkar disautkan di bawah laut agar keramba tidak berubah posisinya. Sekitar 16 petak tempat budidaya ikan.

Bentuk keramba dibuat persegi. Sitorus merancang kerambanya dibagi dua bagian. Terdapat jembatan yang terbuat dari selembar papan kayu untuk menuju ke dua keramba.

Petani ikan terkemuka itu meminta penumpangnya melepas alas kaki saat melintasi petak-petak keramba. "Diperlukan langkah kaki yang sigap saat melintasi petak keramba," ucapnya.

Sitorus bercerita tentang awal usahanya di tempat yang menyerupai pos ronda. "Sekitar tahun 2004 mulai tekuni usaha budidaya ikan kerapu tikus dan kerapu macan. Pakan yang baik diberikan ikan kerapu tikus, sisanya diberikan ikan kerapu macan," katanya sambil menghisap rokok.

Ikan kerapu tikus dipasaran luar negeri dihargai Rp350 ribu per kilogram. Bahkan, sebelumnya Rp500 ribu/kg. Untuk jenis ikan kerapu macan dihargai Rp100 ribu/kg. "Keuntungan yang besar di depan mata yang membuat saya menekuni usaha ini," ujarnya.

Sitorus memperoleh ikan kerapu tikus berukuran 10 cm dari petambak lain, Dedy Suhairy. Ada segmentasi pembudidayaan ikan kerapu tikus. Ada petambak yang mengurusi dari telur hingga menjadi larva. Kemudian larva berukuran 1 inchi dijual ke petambak lain yang mengurusi ikan berukuran 3-5 cm. Sementara Hary merawat ikan kerapu tikus dari ukuran 5-10 cm.

"Merawat ikan kerapu tikus ini butuh ketelatenan dan feeling kapan memberi pakan," tambahnya.

Namun, Sitorus harus merogoh kantong untuk biaya operasional sebesar Rp100 juta/bulannya. Biaya operasional untuk membeli pakan, plankton, asupan nutrisi agar tahan penyakit, dan penjaga keramba. Sementara Hary--yang termasuk petambak kelas rumah tangga--membutuhkan biaya Rp25 juta per bulan.

Menurut pencinta kuliner, ikan kerapu tikus dagingnya terasa lembut dan bisa menambah gengsi orang yang mengonsumsi ikan ini. Pasalnya, hanya orang menengah ke atas yang bisa menyantap ikan ini.

Sitorus berharap ikan kerapu tikus tujuan ekspor ke Cina, Taiwan, Malaysia, dan Vietnam tidak menurun karena krisis global.

Krisis global yang tidak kini tengah terjadi, tidak berpengaruh terhadap usahanya. Namun, dia paling takut terhadap pemanasan global karena menyebabkan ikan-ikannya mati.

"Beberapa waktu lalu saat panas matahari berlebihan membuat ratusan ikan yang saya pelihara mati," kisahnya. (*)

Wednesday 7 January 2009

BERDAGANG ASONGAN HARAPKAN RUPIAH DARI PENGUNJUNG BALI

Pedagang asongan banyak ditemui di terminal, stasiun kereta api, dan pelabuhan. Mereka menjajakan barang dagangannya pada penumpang yang sedang menunggu kereta api tiba, kapal bersandar, dan menanti kedatangan bus sesuai tujuan.

Pelabuhan Indonesia Ferry cabang Ketapang, Banyuwangi, Jatim juga banyak digunakan para pedagang asongan untuk menjual barang kepada calon penumpang kapal yang akan membawa mereka ke pelabuhan Indonesia Ferry Gilimanuk, Jembrana, Bali. Penumpang di pelabuhan akan menjadi sasaran pedagang kaca mata, tape, koran, air minum, tahu goreng, dan nasi bungkus.

Saat libur pergantian tahun, pelabuhan Ketapang menjadi ramai. Banyak mobil pribadi dengan plat nomor B, L, dan N memadati areal parkir tempat menunggu penumpang dari pelabuhan Gilimanuk keluar semua. Serta bus antar provinsi dan antar pulau ikut antri menanti kapal tiba bersandar.

Samsul (24) satu diantara pedagang kaca mata mengatakan, sudah 11 tahun lebih berjualan di pelabuhan Ketapang. Setiap harinya dia berjualan mulai jam 07.00 WIB hingga jam 15.00 WIB. Jumlah pedagang kaca mata yang aktif berdagang sebanyak 17 orang. "Kalau malam hari pedagang kaca mata tambah banyak jumlahnya," katanya.

Mereka menjual kaca mata pada penumpang yang akan berlibur di Bali. Liburan di Bali tidak lengkap rasanya bila tidak berlibur di pantai. Kaca mata menjadi benda wajib yang dipakai saat berjemur di pantai yang ada di Bali.

"Kalau musim libur sehari bisa dapat Rp90 ribu. Kaca mata yang laku saat liburan sebanyak 20 biji. Kaca mata dijual mulai Rp10 ribu hingga Rp17.500,00. Sedangkan hari biasa hanya dapat Rp20 ribu," katanya saat ditemui sedang beristirahat di bawah rindangnya pohon.

Kaca mata yang dijual diantaranya kaca mata anak-anak, baca, dan penghalau sinar mentari saat berjemur di pantai. Samsul menambahkan, ada seorang bos yang menyediakan kaca mata dalam jumlah banyak. Para penjual kaca mata keliling bisa membeli pada bos yang rumahnya di Ketapang.

Sedangkan Syaifudin memilih menjual nasi keliling membawa sepeda sejak 2005. "Awalnya kerja percetakan di Karawang. Akibat krisis moneter sebabkan usaha percetakannya gulung tikar. Akhirnya dia pulang ke rumah mertuanya yang ada di Banyuwangi. Menanam semangka di lahan milik mertua tapi sering merugi. Setelah itu ada ajakan dari teman untuk berdagang nasi bungkus keliling di Ketapang," katanya.

Nasi bungkus yang dia jual termasuk murah. Seporsi nasi bungkus dijual Rp3.500,00. Untuk penumpang mobil pribadi diberi harga Rp4 ribu per porsi. Sedangkan teman asongan bisa membeli nasi bungkus Rp3 ribu. "Ya dibedakan harganya. Kita kan sama-sama tahu berapa pendapatan penjual asongan dan penumpang mobil pribadi," terangnya.

Syaifudin membawa rantang kecil berisi sayur. "Tiap hari sayurnya berubah. Kadang sayur nangka, lodeh, dan sup. Pembeli dipersilahkan mengambil sendiri sayur. Serta mendapatkan air minum, dan tiga kerupuk kecil," katanya.

Kalau musim liburan ke pulau Bali ramai, Syaifudin mampu menjual 100 nasi bungkus. Sedangkan saat sepi hanya membawa 40 bungkus. "Uang hasil menjual nasi bungkus keliling untuk membiayai anak keduanya yang bersekolah di pelayaran di Surabaya. Semua nasi, lauk, dan sayur dimasak istri sendiri," katanya sambil menyulut rokok.

Kedua pedagang asongan ini setiap memasuki areal pelabuhan Indonesia Ferry Ketapang membayar Rp1.500. Mereka juga harus mendaftar menjadi anggota pedagang asongan sebesar Rp20 ribu. Serta membayar uang pengganti rompi sebesar Rp20 ribu.

Manajer Operasi pelabuhan Indonesia Ferry Ketapang Saharudin Koto mengatakan, pedagang asongan tidak dilarang berjualan asalkan tidak mengetok kaca mobil, membuang sampah sembarangan, dan memasuki daerah C yang terlarang untuk kegiatan jual beli karena dapat mengganggu kendaraan yang keluar masuk kapal.***7***(T.PWP49)

PENCUCI BUS DAPAT UPAH MINIM DARI KONDEKTUR

OLEH KHOLIED MAWARDI


Sebuah bus dari Jember masuk ke dalam terminal Brawijaya Banyuwangi. Kondisi bus kotor terkena debu. Para penumpang bergegas turun. Mereka berhamburan keluar secara teratur. Tukang ojek, sopir angkot, dan abang becak mendekati kerumunan penumpang yang baru turun. Mereka menawarkan jasa mengantar ke alamat tertentu.

Setelah penumpang keluar semua, sopir memindahkan bus ke sebelah pojok. Rupanya bus mau dicuci agar kembali bersih dari debu yang menempel. Seorang pemuda berjalan mendekati bus tersebut. Ada kain lusuh dan timba kecil yang dibawanya. Tak lupa cairan sabun pencuci piring aroma jeruk nipis ikut dibawa pria tersebut. Dia sudah tahu apa yang harus dikerjakan. Mencuci bus sampai bersih.

Yanto (25) satu diantara tukang cuci bus mengaku sudah lima tahun lebih bekerja mencuci bus yang ada di terminal Brawijaya. "Lumayan dapat Rp15 ribu-Rp20 ribu sekali mencuci bus. Biasanya sehari bisa mencuci dua-tiga bus," katanya ketika ditemui sedang "memandikan bus".

Pria yang memiliki dua putra ini bisa mendapat upah lebih yaitu Rp25 ribu bila mau membersihkan badan bus hingga atap bus. "Tapi jarang kondektur bus minta atap bus dibersihkan. Paling bagian kaca depan dan samping, serta bagian dalam bus saja yang dibersihkan," tambahnya.

Yanto harus membayar air yang digunakan untuk mencuci bus. "Biasanya membayar Rp2.000,00. Kalau tangga yang dipakai membersihkan kaca bus gratis," katanya dengan tubuh berkeringat.

Yanto mengaku kesal bila mencuci bus yang terkena hujan di daerah Probolinggo tapi begitu memasuki wilayah Jember dan Banyuwangi tidak terkena hujan. "Kotoran yang menempel sulit dibersihkan karena sebelumnya percikan air hujan berubah menjadi noda. Tapi namanya profesi ya harus tetap dilakukan," katanya sambil mengelap bus dengan kain kering.

Waktu yang dibutuhkan mencuci sebuah bus, menurut Yanto biasanya membutuhkan waktu 1 jam. Penuh perjuangan memandikan bus yang terkena debu.

Ditemui terpisah, Mulyono (25) rekan seprofesi Yanto mengatakan, tidak ada persaingan dalam bisnis mencuci bus. "Bila ada teman yang belum kebagian mencuci bus, ketika kondektur bus butuh jasa pencucian bus, maka teman yang belum mencuci bus pada hari itu yang akan mencuci bus. Walau setiap kondektur biasanya punya langganan tukang cuci bus," katanya sambil beristirahat di bale di bawah rindangnya pohon.

"Disini pakai sistem kekeluargaan. Semua pencuci bus rata-rata sudah kenal sejak kecil karena rumahnya di dekat terminal," tambahnya.

Selain Yanto dan Mulyono, masih ada sekitar 15 pemuda yang berprofesi sebagai pencuci bus. Ketika ditanya mengapa mau menekuni profesi ini, Mulyono mengaku, ijazahnya SD. "Sulit cari kerja di zaman sekarang. Apalagi ijazah yang saya punya hanya SD," katanya memelas.

Faktor pendidikan membuat para pencuci kesulitan beralih profesi. Mereka silau dengan penghasilan yang langsung diterima usai mencuci bus. Padahal jumlah bus yang minta dicucikan jumlahnya menyusut. Jumlah penumpang bus yang menurun membuat jumlah bus yang dicucikan dalam sehari menurun drastis.

"Kadang bus dicuci sendiri oleh awak bus sendiri. Mereka tidak punya cukup upah untuk membayar tukang cuci bus. Pernah ada yang minta dicucikan busnya tapi dibayar beberapa hari lagi. Kami sepakat tidak mau menerima tawaran itu. Mencuci hari ini ya bayarannya harus hari ini juga. Mau kasih apa anak dan istri kita?" katanya memberi alasan.

Saat ini sebagian warga Banyuwangi yang akan ke Malang memilih menaiki sepeda motor daripada naik bus. "Secara tidak langsung ini memengaruhi pendapatan kami juga. Pasalnya jumlah penumpang menurun," katanya berasumsi.

Menurut Mulyono, sebagian pencuci bus biasanya beralih menjadi sopir bus. "Tapi hal itu jarang saat ini. Dulu sebelum krisis moneter 1998, armada bus banyak sehingga kebutuhan sopir meningkat. Penyebabnya penumpang banyak. Kini yang terjadi malah sebaliknya," katanya sambil menyulut rokok.***7***(T.PWP49)

Thursday 1 January 2009

ANAK LOGAM MENCARI RECEH BERTARUH NYAWA

Sekumpulan bocah berkulit legam berteriak pada penumpang yang memasuki kapal ferry di dermaga III pelabuhan Indonesia Ferry Ketapang, Banyuwangi, Jatim.

Anak logam minta diberi uang receh dari pantai. Ya mereka akan mencari uang logam yang dilempar penumpang dari atas kapal.

Pekerjaan menantang maut namun, tetap dilakoni oleh pencari uang sambil menyelam di pantai.

Sain (10) satu diantara anak logam telah menekuni pekerjaan ini lebih dari tiga tahun.

Alasan dia memungut rupiah di sebelah barat kapal dari uang yang "dibuang" penumpang untuk biaya sekolah.

"Uang hasil mencari uang logam yang dilempar penumpang untuk biaya sekolah. Bapak jadi pengurus bus di pelabuhan Ketapang," katanya.

Sain menjadi anak logam setelah pulang dari sekolah. "Jadi pencari logam jam 12 siang hingga jam 17 siang. Kalau Minggu dan hari libur nasional 'melaut' jam 6 pagi hingga jam 3 sore," kata siswa SDN 1 Ketapang ini.

Rafli (12) seperti Sain yang jadi anak logam untuk biaya sekolah. "Rata-rata sehari dapat Rp25 ribu," katanya.

Sedangkan Zulfan (10) menjadi anak logam untuk jajan makanan. Pasalnya Zulfan lebih beruntung ayahnya tentara AL. "Ayahku tahu anaknya jadi anak logam, yang penting hati-hati," kata bocah yang baru sebulan jadi pemburu logam.

Anak-anak logam tahu resiko pekerjaan ini. Beberapa waktu lalu pernah ada anak logam meninggal terjepit baling-baling kapal. "Ya kami sudah tahu ada korban terjepit baling-baling kapal. Semua pekerjaan ada resikonya," kata Zulfan.

Manager Operasi pelabuhan Indonesia Ferry Ketapang Saharudin Koto, mengatakan, sudah melarang anak logam mencari rupiah. "Tapi mereka tidak bisa dicegah, uangnya untuk biaya sekolah. Serta mereka masuk areal pelabuhan dengan berenang dari rumahnya yang dekat pelabuhan," katanya.

Anak logam tidak tahu kapan berhenti mengais uang logam yang dibuang penumpang. Sehari dapat Rp25 ribu jadi magnet anak pantai menyelam ambil uang. ***7***

MENIKMATI LIBUR MELIHAT PENGGILINGAN KOPI ARABIKA

Banyak tempat wisata di Indonesia tersedia sebagai tujuan berlibur. Wisawatan yang ingin mendaki gunung Ijen dari Bondowoso akan melihat indahnya tanaman kopi yang teratur di kebun Blawan yang termasuk daerah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII (persero).

Kebun Blawan (900-1500 m. dpl) yang berada di dekat kaki gunung Ijen bisa menjadi alternatif tujuan menghabiskan masa liburan bersama keluarga. Di kebun Blawan, wisatawan dapat melihat tertatanya tanaman kopi arabika. Sedangkan di kejauhan mata dapat melihat indahnya gunung Ijen (2.386 m. dpl) yang tertutup kabut dan rimbun pohon cemara gunung.

Kebun Blawan sejak 1894 oleh warga Belanda dijadikan tempat menanam kopi jenis arabika. Sejak 1996, kebun ini menjadi bagian unit usaha dari PTPN XII (Persero). Lokasi kebun Blawan masuk wilayah desa Kalianyar, kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso, Jatim. Jarak dari kota Bondowoso ke kebun Blawan sekitar 60 km.

Wisatawan yang ingin menginap di lokasi pabrik penggilingan kopi Blawan PTPN XII (Persero) dapat bermalam di Catimor "Homestay". Kepala Seksi Bagian Umum PTPN XII (Persero) Agus Salim, mengatakan, Catimor dibangun pada 1894 oleh seorang warga Belanda.

"Bangunan penginapan Catimor terpelihara. Disini wisatawan dapat menginap di bangunan yang eksotis. Dinding rumah berasal dari gedek (anyaman bambu) dan lantainya terbuat dari kayu. Bentuk penginapan seperti rumah panggung. Ada semacam penyangga dari batu bata. Sehingga bila dilihat dari kejauhan penginapan ini berongga," katanya.

Wisawatan yang menginap di tempat ini didominasi wisatawan mancanegara (wisman). "Mereka kebanyakan berasal dari Perancis, Belgia, Belanda, Jerman, dan Italia. Puncak kedatangan wisman biasanya Juni hingga September mereka dapat melihat kopi dipanen," kata pria kelahiran Kabat, Banyuwangi ini.

Wisatawan dapat menginap di kamar atas peninggalan Belanda dengan membayar Rp200-Rp220 ribu per malam. "Kamar atas terdapat dua tipe yaitu 'superior double' dan 'superior twin' yang masing-masing kamar bekapasitas dua orang. Pengunjung yang memilih kedua kamar ini membayar Rp220 ribu per malam. 'Cottage' berkapasitas empat orang, wisatawan yang menginap membayar Rp200 ribu per malam," tambahnya.

Kamar bawah merupakan kamar tambahan sebagai antisipasi membeludaknya wisatawan yang ingin menginap di kebun Blawan. "Kamar di bagian bawah per malamnya membayar Rp110-R150 ribu. Para wisatawan dapat menikmati fasilitas air panas dan dingin di tiap kamar. Serta dapat berenang di kolam renang untuk anak-anak dan dewasa," katanya.

Agus menambahkan, panen raya kopi pada Juli-Agustus. "Sebelum memanen kopi, PTPN XII Kebun Blawan mengadakan buka petik dan buka giling pada Juni. Semacam acara selamatan dengan menggelar hiburan rakyat misalnya tari Gandrung Banyuwangi," katanya.

"Pemetik kopi arabika per kilo dihitung Rp500,00. Setiap hari rata-rata mendapat Rp25-30 ribu. Saat puncak panen kita datangkan sekitar 5000 warga dari Jember, Situbondo, Banyuwangi, dan Bondowoso," katanya.

Kopi dipetik oleh pekerja PTPN XII (Persero). Satu pohon rata-rata dapat menghasilkan 5 kg kopi. Selanjutnya kopi digiling manual untuk mengupas kulit luar membutuhkan waktu sehari. Kemudian bijih kopi diberi fermentasi selama 24 jam agar dapat menciptakan aroma.
Setelah itu melakukan pencucian untuk menghilangkan lendir. Langkah yang dilakukan kemudian kopi dijemur selama 38 hari. Kopi yang sudah dijemur dimasukkan ke dalam gudang untuk menjaga rendamen 15 hingga 16,5 persen. Seleksi dilakukan untuk melihat kualitas bijih kopi. Selanjutnya bijih kopi dikemas sesuai permintaan.

Luas areal tanaman menghasilkan kopi seluas 1869,67 hektar. Tanaman belum menghasilkan (TBM 1) seluas 288 hektar. Tanaman tahun akan datang yang akan dipanen dua tahun lagi seluas 212,37 hektar. Serta kayu sengon, mindi, angsana, dan makadamia seluas 593,07 hektar. Per hektar antara 30.000 hingga 35.000 tanaman kopi.

Kopi yang diekspor merk Blawan dan "Java Coffe Blaw". Negara tujuan diantaranya AS, Belanda, Swiss, Italia, Spanyol, dan Jerman. Sayangnya kopi yang diekspor masih dalam bentuk bijih. Sehingga ada kemungkinan bijih kopi yang diekspor ke AS dikirim ulang ke Indonesia dalam bentuk serbuk siap minum di gerai kopi tertentu. Tentunya dengan harga jual tinggi. Sedangkan merk lokal diantaranya merek piaberi dan kopi rolas.

Kebun Blawan juga memiliki kopi luwak. Menurut Agus, produksi kopi luwak terbatas jumlahnya. "Perlu tenaga orang tua agar telaten mencari kopi secara manual. Per hari dapatnya 1 hingga 2 kg. Itu pun kalau sedang beruntung menemukan kopi jenis luwak. Makanya PTPN XII (Persero) membuatkan kandang untuk 15 luwak. Para luwak diberi kopi bermutu, kemudian dari kotorannya akan ada kopi luwak. Mereka paham mana kopi arabika unggul dan mana yang tidak," katanya.

Berapa harga kopi luwak? Menurut Agus kopi luwak per kilogramnya dijual Rp900 hingga Rp1 juta. "Ada yang bilang khasiat kopi luwak dapat mengobati penyakit tertentu. Biasanya kami mengirim kopi luwak ke AS. Bentuk kopi luwak dari kotoran luwak bersih dan bulat. Luwak tahu mana kopi superior mana yang tidak dari mencium bau, tingkat kematangan, dan makanan yang optimal," katanya.

Selain kopi, Kebun Blawan juga menanam stroberi seluas 2,5 hektar. "Tananam stroberi baru dicoba dua tahun terakhir perlu pengembangan lagi. Stroberi dikirim dalam bentuk buah segar dan diolah menjadi sirup dan selai. Hasil panen stroberi dikirim ke Surabaya, Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso," katanya.***7***(T.PWP49)