Thursday 25 December 2008

NAIK KERETA, PASARKAN PISANG DI PASAR BLAMBANGAN

Ibu Siti, seorang pedagang pisang dari Glenmore setiap pagi ke stasiun terdekat dari rumahnya untuk menjual pisang di pasar Blambangan, Banyuwangi. Wanita yang sudah berusia lanjut ini menaiki kereta api ekonomi Pandan Wangi.

Sekitar pukul 05.00 WIB kereta yang membawa tiga gerbong itu dari stasiun Kalibaru tiba di stasiun Glenmore.
"Tidak terasa saya sudah 11 tahun menjual pisang ke pasar Blambangan dengan naik kereta api," tuturnya.

Kereta api tiba di stasiun Karang Asem sekitar pukul 06.20 WIB. Puluhan pelajar dan penumpang umum yang ingin ke tengah kota Banyuwangi, memilih turun di stasiun ini. Tidak saling berebutan ketika menghambur keluar. Teratur keluar dari "ular besi" yang warnanya kuning berkombinasi warna biru.

Maklum di dekat stasiun ini banyak didirikan bangunan gedung sekolah. Mulai dari SMK Negeri 1 Glagah, SMA Negeri 1 Glagah, SMA Negeri 1 Giri, dan SMK Negeri 1 Banyuwangi. Belum lagi beberapa sekolah swasta yang lokasinya tidak jauh dari stasiun ini.
Serta stasiun ini dekat dengan kantor-kantor milik pemerintah, pasar besar Banyuwangi, rumah sakit, bank, dan pasar modern.

Sekitar empat menit kereta yang memiliki tempat duduk saling berhadapan berhenti di stasiun Karang Asem.

Kemudian ada tanda dari petugas yang memberi tahu waktu keberangkatan dengan membunyikan peluit dan memberi tanda seperti raket yang berwarna hijau. Kalau malam hari petugas stasiun memberi tanda keberangkatan dengan membunyikan peluit dan menggunakan lampu senter yang diarahkan ke lokomotif.

Masinis membalas dengan membunyikan bel lama sekali. Penumpang yang masih berada di bawah segera naik ke dalam kereta. Mesin kembali dinyalakan. Asap dari cerobong lokomotif menghambur keluar. Kereta api Pandan Wangi bergerak menuju stasiun Argopuro dan Banyuwangi Baru.

Ketika kereta beranjak meninggalkan stasiun Karang Asem, Ibu Siti mulai memindahkan keranjang-keranjangnya yang bermuatan penuh pisang barlin dan pisang susu. Sekitar tujuh keranjang yang berisi sebelas tandan pisang hendak dijual di pasar Blambangan.

"Biar mudah keranjang penuh pisang diambil abang becak langganan saya nanti di stasiun Argopuro," tuturnya.

Wanita yang mengenakan penutup kepala berwarna coklat itu kaget ketika seorang penumpang ingin membeli pisang. "Mau beli pisang? Berapa banyak? Satu tandannya ya,? ucapnya.
Pembeli itu hanya ingin membeli satu sisir pisang barlin. "Harganya Rp2.500,00. Kalau satu tandan pisang dijual Rp7.500,00. Murah kan," katanya berpromosi.

Ditanya berapa keuntungan yang didapat setiap hari dari jualan pisang, Ibu Siti tidak mau memberikan data rata-rata penghasilan yang didapat tiap harinya. "Pokoknya bisa cukup untuk kebutuhan keluarga dan membelikan jajan cucu," jawabnya.

Kembali ke rumahnya, Ibu Siti juga menaiki kereta api ekonomi. "Pulangnya naik kereta api Probo Wangi tujuan Banyuwangi-Probolinggo. Sekitar pukul 13.00 WIB kereta api tiba di stasiun Argopuro.

Kereta Pandan Wangi berjalan melintasi rel dengan cepat. Tak terasa kereta akhirnya tiba di stasiun Argopuro. Seorang abang becak sudah berada di pinggir pintu gerbong pertama. Sudah biasa mengangkut dari stasiun ke pasar yang berada di Lateng, Banyuwangi.

Abang becak mengambil satu per satu keranjang yang berisi pisang. Setelah semua keranjang diturunkan dari kereta, Ibu Siti turun dari kereta. Kembali berdagang di pagi hari. Menggerakkan roda ekonomi keluarga.

Kereta api kembali bergerak. Asap keluar lagi dari cerobong lokomotif. Kereta api Pandan Wangi berjalan menuju stasiun Banyuwangi Baru yang dekat dengan pelabuhan Ketapang. Roda ekonomi terus berputar seperti halnya roda kereta api.***7***(T.PWP49)

No comments: